Tag Archives: Liga
Match-fixing adalah penipuan publik oleh Pemain Pasif Kelas Kakap
Match-fixing adalah penipuan publik oleh Pemain Pasif Kelas Kakap – Dalam setiap aksinya, koruptor tentu butuh pelindung. Jika sosok pelindung itu tak bisa mereka dapatkan dari guarantor (runner atau agen), mereka akan meminta ke tingkat yang lebih tinggi, seringnya underground.
Pada laporan Federasi Sepakbola Zimbabwe 2011, grup pengatur pertandingan dari Asia bisa mengatur banyak pertandingan tim nasional mereka selama tiga tahun karena mendapat perlindungan dari pejabat senior federasi, pemain, dan bahkan wartawan yang mengaver berita-berita di pertandingan tersebut.
Grup match-fixer Asia lainnya juga bisa mengatur pertandingan-pertandingan Eropa (terutama Italia dan Eropa Timur) karena mendapat perlindungan dari kriminal Balkan yang punya akses kepada pemain, wasit, dan pejabat federasi, jangan lewatkan nonton bola streaming.
Kompetisi sepakbola yang bobrok memiliki persentase pertandingan yang sudah diatur lebih banyak daripada yang tidak diatur. Karena jaringan ini sudah terjadi secara “alamiah”, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya pun sudah sama-sama tahu dan saling membutuhkan.
“Kadang kesebelasan berteman satu sama lain. Mereka mau menolong sesama. Para bos lalu bertaruh kepada hasil pertandingan. Ini banyak terjadi di divisi-divisi bawah,” kata Milan Sapina, seorang koruptor, yang mengaku kepada Declan Hill pada 2007.
Kata Sapina, para koruptor sepertinya bisa mengatur pertandingan dengan mudah karena dua alasan. Pertama karena mereka memiliki aliansi dengan para koruptor lainnya, terutama di Asia. Kedua karena mereka punya koneksi kepada pemilik sepakbola lokal yang sudah membuat match-fixing sebagai strategi bisnis mereka untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Dari sini kita sama-sama tahu jika “pemain” yang paling mudah adalah mereka yang juga “bermain”. Mereka yang juga “bermain” biasanya adalah mereka yang berkuasa dan memiliki banyak uang.
Itu juga yang membuat jalur kasus match-fixing mustahil ditelanjangi. Biasanya orang-orang di atas ini lah yang berperan sebagai “pemain” —meski pasif— tapi kelas kakap. Mereka sulit diungkap dan ditangkap, dan kalaupun terungkap, mereka bisa membalikkan tuduhan; justru pengungkap kasus yang akan dihukum, bukan mereka. Semua karena mereka punya kuasa dan punya uang.
Jadi pertanyaannya: bisakah praktik global ini dibasmi? Tentu saja bisa. Salah satu yang mengawali pemberantasan adalah dengan pendeteksian yang baik. Kepolisian dan media memegang peranan besar di situ.
Bagaimanapun juga match-fixing, meski sudah berskala global, adalah penipuan publik; yang kena tipu itu berjuta-juta orang.